Berapa lama Anda memegang telepon seluler dalam sehari? 5 jam? 6 jam? Atau lebih?
Dunia telah berubah. Benar-benar berubah. Salah satunya, dominasi internet, termasuklah di dalamnya media sosial. Tercatat 87,4 persen netizen mengakses internet untuk menggunakan jejaring sosial. Kemudian disusul 68,7 persen untuk mencari informasi.
Dalam berselancar di dunia maya ini, netizen lebih banyak mengakses melalui telepon seluler dengan angka sebesar 85 persen, diikuti di belakangnya melalui laptop. Orang perkotaan bisa memegang telepon seluler 5-6 jam sehari. Lumayan lama ya. Sangat.
Segala sesuatu kalau sudah melibatkan internet, pastilah menyebabkan suatu perubahan dan perubahan itu berlangsung relatif cepat. Di mana-mana, begitulah faktanya. Mau tidak mau, kita harus siap.
Ya, karena internet, semua berubah begitu cepat. Tidak bisa disangkal, keterlambatan dalam berpikir dan bertindak akan berdampak negatif pada keberlangsungan bisnis. Right? Ironisnya, pemerintah belum tentu memahami aspek ini.
Bank Dunia mencatat peringkat kemudahan berbisnis atau ‘ease of doing business’ di Indonesia turun dari peringkat 72 ke 73. Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas Lembong menyoroti kinerja aparatur di tingkat pusat maupun di tingkat daerah.
Sudahlah, kita lupakan dulu faktor aparat. Sebagai entrepreneur, kita lakukan dulu apa yang bisa kita lakukan. Contohnya? Menjual melalui media sosial. Kalau kita berani mencoba dan mau belajar, insya Allah hasilnya bisa mengalahkan gaji orang kantoran.
Kita sebagai entrepreneur atau profesi sejenis, kalau tidak memahami perubahan yang serba cepat ini, berarti bersiap-siaplah digilas zaman. Blackberry, Nokia, dan Kodak adalah contoh kecilnya. Di sisi lain, Tabloid Bola dan Sinar Harapan memilih untuk tutup alias tidak terbit lagi.
Hari ini dan kemarin saya berada di Karawang. Saya bertemu dengan ratusan entrepreneur. Selain menggarap dunia offline, mereka juga menekuni dunia online. Mungkin media sosial. Mungkin marketplace. Hasilnya membuat saya geleng-geleng kepala.
Jangan anggap enteng menjual melalui media sosial. Sekali lagi, kalau kita berani mencoba dan mau belajar, insya Allah hasilnya bisa mengalahkan gaji orang kantoran. Terakhir, saya menyarankan Anda bergabung di ekosistem yang tepat, sehingga melek dengan hal-hal seperti ini. Siap?
==========
Tulisan ini diangkat dari Chanel Telegeram Ippho Santosa