Beri ikannya? Atau beri kailnya?

Oleh : Ippho Santosa

Saat kita hidup mapan dan berusaha membantu orang-orang di sekitar kita, maka orang bijak pun menasehati, “Beri kailnya. Bukan ikannya. Dengan kail, ia bisa memancing dan menafkahi hidupnya setiap hari. Tapi kalau cuma ikan, itu hanya mencukupi hidupnya satu-dua hari saja.”

Lantas, apa pendapat saya? Soal kail ini, menurut saya, bisa benar atau tidak. Saya lebih setuju pada ‘beri ilmu memancing’ dan ‘tunjukkan kolam pancingnya’. Hm, maksudnya? Begini.

Saya bahas dengan analogi kail dan ikan semata-mata karena analogi ini sudah sangat popoler di tengah-tengah masyarakat. Anda pasti pernah mendengarnya. Walaupun saya pribadi tidak terlalu suka dengan dunia pancing-memancing. Dan seperti biasa, tulisan saya boleh di-share.

Kail, ini identik dengan fasilitas demi fasilitas. Kalau kita berikan, hati-hati, ini bisa memanjakan saudara kita atau sahabat kita. Bahkan melemahkan potensi mereka. Bahaya. Namanya manusia, begitu merasa nyaman atau sangat nyaman, hampir otomatis tertutup potensinya. Alih-alih menggali potensi, mereka cenderung menikmati fasilitas yang sudah ada. Betul apa betul?

Contoh, Anda berikan mobil kepada adik Anda yang tengah kuliah atau bekerja. Apakah dengan ini, si adik akan berpikir keras dan berusaha keras untuk mendapatkan sebuah mobil? Kemungkinan besar, tidak. Dia akan cenderung menikmati mobil yang sudah ada, tanpa perlu berpikir dan berusaha ini-itu lagi. Sebenarnya, kalaupun mau membantu, berikan si adik itu motor. Seken pun tak masalah. Jangan mobil.

Termasuk saat kita punya 5 restoran, lalu serta-merta kita memberikan 1 restoran kepada saudara kita atau sahabat kita. Lha, apa dia tahu ilmunya? Ingat, sepenting-pentingnya bisnis, lebih penting lagi ilmu di balik bisnis. Namanya bisnis, bisa untung bisa rugi. Tapi kalau tahu ilmunya, kita bisa mencetak untung berkali-kali walaupun sebelumnya pernah rugi. Right?

Camkan baik-baik. Kita tidak hidup selamanya. Kita tidak sehat selamanya. Bukan mustahil, kita yang meninggal duluan. Kasihan saudara kita kalau kita tidak mempersiapkan dia. Maka, kalau memang peduli dan sayang sama dia, persiapkan dia. Gembleng dia. Ajari dia. Inilah yang saya sebut ‘beri ilmu memancing’ dan ‘tunjukkan kolam pancingnya’.

Kalaupun karena terpaksa, Anda memberikan kail, yah silakan. Tapi pastikan Anda beri kail itu sekalian dengan ilmu dan prosesnya. Sekali lagi saya ingatkan, memberi kail dan hanya kail, bisa memanjakan dia bahkan melemahkan potensi dia. Yang saya amati, saat kail ini hilang atau Anda ambil kembali, dia bisa depresi atau emosi karena memang dia tidak siap. Akan beda ceritanya kalau dia sudah tahu ilmunya.

Semoga bermanfaat. Sekian dari saya, Ippho Santosa.

About Author